Aku Siap untuk Jatuh Cinta

20.35 Nurul Fitri 59 Comments

.........meski bibir ini tak berkata 
bukan berarti ku tak merasa ada yang berbeda di antara kita 
dan tak mungkin ku melewatkanmu hanya karena 
diriku tak mampu untuk bicara bahwa aku inginkan kau ada di hidupku
pikirlah saja dulu hingga tiada ragu 
agar mulus jalanku melangkah menuju ke hatimu.........

Itu adalah penggalan lagu dari HIVI! yang berjudul Siapkah Kau 'Tuk Jatuh Cinta. Akhir-akhir ini sering banget di puter di radio. Kayaknya udah mulai banyak yang request. Termasuk yang nulis, sering banget request.

Karena lagu ini lagi pas banget sama apa yang dialami. Sedang memikirkan biar enggak ada ragu lagi.
Semalem itu rasanya cepet banget padahal telponan sampe 2,5 jam. jam 1 baru tidur. 

Sebenernya pengen bahas yang lain. Mungkin buat cowok wabil khususnya penasaran gimana sikap cewek berdasarkan tipenya saat dia ngerasa jatuh cinta. Antaranya :

1.  Pendiam
Biasanya dia ngumpulin segala info tentang si cowok, mulai dari tanggal lahir, makanan dan minuman favorit, warna kesukaan, hobi serta kegiatannya. Bahkan biasanya dia punya daftar schedule si cowok. Misal setiap hari Rabu jam 8 dia main futsal sama temennya. Jadi udah kayak personal asistant deh.


2. Kalem
Apa bedanya pendiam sama kalem? Kalem bukan berarti pendiam. Karena kalem itu dia lemah lembut dalam bertutur kata dan perbuatan. Dia enggak berani ngomong yang aneh-aneh. Sampai saat dimana dia suka sama cowok bisa bikin dia jadi aktif depan cowok yang disukainnya.
 Dan dia akan selalu salah tingkah. Apa lagi jadi teman sekelompok pas ngerjain tugas.


3. Aktif/Rame
Bahkan tipe cewek yang aktif apalagi ceria yang punya segudang teman cowok saat dekat dengan cowok yang disukainnya pasti terlihat perbedaan yang jelas. Dari cara memanggil namanya ada nada apabila kamu perhatikan ada penekanan kelembutan di sana. Kalo si gebetan message atau panggilan dia langsung di bales dan diangkat.


4. Perfectionist
Cewek ini akan bersikap seolah olah dia adalah yang disukai oleh si cowok. Tetap jaga image nya dia. Enggak menggebu-gebu saat di depan si cowok. Dari malam sudah memikirkan apa saja yang akan dilakukannya saat bertemu dengan gebetan. Nah kalo ada message atau panggilan dia akan menghitung sampai 3 kali berbunyi baru diangkat.


Udah gitu aja, lagi pusing sama tugas Metodologi Penelitian jadi malah nulis beginian hohoho. Yasudahlah semoga bermanfaat. 

Tapi ini semua hanya pendapat penulis.
*Term & Conditions yah :D


~Terima Kasih~

59 komentar:

Silakan saran dan koreksinya. Mulutmu adalah harimau mu, tulisanmu dalah pancaran hatimu

Takut Nyaman (Lagi)

10.45 Nurul Fitri 36 Comments

Mataku masih ingin dipejamkan, bahkan otakku masih belum tersadar dari tidur barusan. Hari ini aku ingin membagi kisahku lagi.

Seperti malam-malam sebelumnya yang selalu kuhabiskan untuk bercengkrama dengannya. Semua topik kami bahas sampai masalah lagu. Karena waktu yang sudah terburu-buru untuk berganti dan tak terasa pula aku selalu meningkalkan dia tidur duluan. Yang anehnya dia tak segera mematikan sambungan suara kami dan memutuskan mendengar suara tidurku. Sungguh aku tak tahu apakah aku mendengkur saat tidur?

Yang aku tahu kami merasa nyaman, tunggu, apa hanya aku yang merasa nyaman atau dia juga merasakan hal yang lain? Tapi untuk alasan apapun aku tahu dia menjadi dirinya sendiri saat berhadapan denganku. Sifatnya terasa seratus delapan puluh derajat berbeda jika kamu hanya mengenalnya di kelas.

Jujur, aku masih takut dengan jatuh cinta, tapi aku juga tak mampu mengelak perasaan ini. Apadaya aku hanya seorang perempuan yang sedang sendiri sekarang. Lantas apakah aku harus tetap mempertahankan egoku seperti batu karang? Sedangkan batu karang lambat laun akan terkikis oleh air laut.

Tapi mengapa semakin kami lalui hari, semakin ada perasaan yang sangat menunggu kabar darinya? Kenapa aku tak bisa berhenti untuk menatap layar alat komunikasi yang bernama handphone itu? Kenapa aku begitu bahagia hingga rasa kantuk yang menghinggapiku memudar karnanya?
Apakah perasaan ini sejenis dopping? Begitu banyak pertanyaan yang terbelesit di otakku. Hingga aku tak mampu berkonsentrasi dengan fikiranku. Bahkan saat aku merasa bahagia, dia adalah orang pertama yang aku beritahu.

Ya Tuhan, aku masih takut dengan sakit hati? Hal itu seperti momok yang selalu mengejarku. Fikiranku mulai berdebat dengan hatiku. Entahlah hal ini selalu terjadi dan buatku merasa pusing.

Di hari pertama puasa kuhabiskan di rumahnya. Karna aku memang ada janji dengan adiknya untuk bermain. Dan dihari itu kebetulan aku libur bekerja sehingga setelah bertanya padanya dan diiyakan. 

Semua keluarganya menerimaku dengan sangat baik. Aku masih ingat dengan perkataannya, "...perempuan pertama yang aku bawa ke rumah." Sebenarnya ada rasa bangga sebagai wanita karena aku orang pertama yang dikenalkan ke keluarganya (konteks teman kuliah). Bahkan yang ku tahu, pacarnya yang terdahulu belum pernah ke rumahnya. Jujur saja sebagai wanita akan merasa melayang-layang ke udara.

Sebagian besar waktu ku saat di sana adalah belajar bahasa Inggris dengan adiknya, karena aku memang menyukai pelajaran itu dan kebetulan adiknya mempunyai tugas rumah. Tak lama dia muncul dan ikut bergabung dengan kami bercanda dan menonton kartun. Aku memang menyukai kartun, karena ada imajinasi di sana, tidak seperti sinetron atau sejenis ftv yang menurutku saat ini semakin dewasa. 

Tinker Bell yang kami tonton telah usai, segera kami bertiga yaitu dia, adiknya dan aku menuju sebuah taman bermain di salah satu perumahan. Kebetulan taman sedang ramai, sehingga kami harus menunggu. Karena merasa bosan dan aku ingat bahwa handphone milikku tertinggal di mobil. Dia mau mengambilkannya dan tak lama adiknya membuntuti, katanya mau ambil mainannya. 

Sungguh terkejut saat aku tau yang dimaksud mainan dia adalah surprise untukku. Aku mendapatkan sebuah hadiah dari adiknya. Segera kubuka dan hwalaaaa boneka barbie kecil warna shocking pink sungguh cantik. Sungguh aku merasa terharu. Anak kelas 5 SD ini memberikan sebuah hadiah manis menurutku. Dia memintaku untuk memberi namanya Pretty. 

Akhirnya giliran kami menikmati salah satu wahana aku lupa namanya yang jelas itu adalah permainan yang di bagian tengahnya ada kemudi setir yang membuat kita menjadi pusing.
Waktu cepat sekali melangkah, segera kami putuskan untuk segera kembali ke rumah untuk berbuka puasa. 

Kami bergiliran membersihkan diri. Karena kebetulan aku baru saja menginap di tempat budhe dan membawa pakaian lebih jadi aku juga sempatkan untuk bersih-bersih. Setelah makan berbuka kami shalat berjamaah sampai shalat tarawih kami berjamaah karena berhubung adiknya minta seperti itu.

Selesai shalat kami banyak bercanda yang sharing. Kebetulan ada adiknya dia yang satu lagi. Rasanya aku bisa bernafas dan di hatiku terucap "keluarga". Yaa Tuhan, aku tidak salah kan berkata seperti ini? aku tidaklah berlebihan kan?".

Bahkan saat aku sedang menulis ini aku sedang menantikan kabarnya. Kebetulan dia juga sedang sakit, sama sepertiku sekarang. Kami sama-sama sedang flu. Bahkan tadi siang, salah satu teman kami ada yang menanyakan kenapa bisa kebetulan sekali kami sakit secara bersama-sama?

Beberapa hari yang lalu kami sempat membahas ini waktu hari pertama aku terkena flu. Kebetulan dia duluan yang sakit. Dan kata dia kenapa bisa aku ikut sakit karena ada ikatan emosional antara kami. Bukankah bila seorang perempuan manapun bisa salah mengartikan kalimat itu kalau dia sedang memiliki perasaan pada seorang pria?

Kebetulan hari ini kelas kami dosen mata kuliah terakhir izin karena sedang sakit. Yuhuuuu akhirnya aku baru saja dapat kabar darinya. Perasaan ini benar-benar bisa membuat lemas karena dia tanpa kabar. Jam 12 seharusnya kami sudah pulang.  Dan bahkan saat menulis paragraf ini aku sedang bercengkrama dengan sambungan telepon.
Tapi kami sekelas tidak bisa beranjak begitu saja karena masih harus menunggu hasil fotocopy tugas. 

Sekitar jam setengah satu, hasil fotocopy sudah di tangan. Satu per satu mulai meninggalkan kelas. Setelah beberapa saat ada diskusi antara pengurus kelas, kami memutuskan pulang. Tidak begitu dengan dia dan aku. Aku memutuskan untuk ke ruang administrasi dan ternyata antrian sangatlah panjang. Setelah berdiri bagaikan tiang yang cukup kokoh akhirnya giliranku untuk bertemu dengan adminnya. Seusai menyelesaikannya aku segera menuju parkiran dan kaget bahwa tidak bisa keluar, karena yang lain memang belumlah pulang. 

Kuputuskan untuk menghidupkan mesin dan menyalakan AC serta radio untuk menemaniku yang masih menunggu kedatangannya. Tak berapa lama dia segera masuk ke dalam mobil untuk menunggu adiknya yang belumlah pulang. Tadinya aku sudah mengagendakan karena pulang cepat untuk survey tempat berbuka puasa. Namun apa mau dikata karena tak bisa keluarkan kendaraan dan daerah Pondok Cabe yang sudah padat. 

Pembahasan mengenai tugas sampai ke permasalahanku, ya tepatnya. Memang benar aku selalu bercerita kepadanya. Dan saat ini adalah masalah aku ingin pulang kampung sendiri. Biasanya aku pulang bersama dengan budhe sekeluarga. Tapi tahun ini seperti yang sudah aku rencanakan ingin mengemudi sendiri. Ya tentunya banyak pihak yang menghawatirkan. DItambah tadi sore flu ku yang semakin mengganggu hingga aku terbatuk-batuk. Hal itu membuat tenggorokan dan kepalaku terasa pening. Hingga sejenak aku menutup mataku dan tertidur sebentar. Aku suka saat dia mengelus kepalaku, rasanya begitu nyaman. 

Hal itu tentu saja membuat dia tidak tega membiarkanku untuk pulang sendirian. Dia mengajak agar aku beristirahat sejenak dan lebih baik berbuka puasa di rumahnya. Tapi hal itu aku tolak dengan manis. Aku ingin berbuka di kost ku yang tercinta di kawasan Bendungan Hilir. Tempat yang terkenal dengan pusat jajanan ta'jil buka puasa di Jakarta.

Ya sebenarnya aku hanya membeli gorengan dan lontong. Tapi makanan itu terasa penuh sesak di dalam perut. Aku memang tidak begitu suka makan.

Menjelang buka dia kembali menyambangiku melalui sambungan suara. Kami kembali membicarakan perjalananku pulang tadi. Yang sebenarnya dia khawatir tentang perjalananku. Namun pembicaraan kami tak lama karena dia dan aku harus shalat tarawih. 

Sekitar jam setengah sebelas malam sampai tulisan ini di buat jam dua belas lewat empat puluh dua aku masih tersambung dengannya.


Inilah ceritaku hari ini. Memang terasa manis tapi aku juga takut akan sakit.





36 komentar:

Silakan saran dan koreksinya. Mulutmu adalah harimau mu, tulisanmu dalah pancaran hatimu

Jatuh Cinta (Lagi)?

08.52 Nurul Fitri 16 Comments

Malam kesayangan, Pinky. Izinkan aku untuk kembali membuat jari-jariku yang cantik menari di atas papan ketikmu. Hari-hari yang kulewati rasanya bertambah berat. Sungguh aku bukan ingin mengeluh, bukan juga ingin mencerca diriku. Aku hanya ingin menceritakan sekeping kehidupanku.
Bukan salah Tuhan, ini memang salahku, Tuhan sungguhlah baik tau apa yang terbaik untukku bukan yang aku inginkan. Aku yakin pula bahwa Tuhan tidak akan memberi cobaan apabila ciptaannya tidak mampu.

Aku senang menjadi diriku sekarang. Aku punya banyak orang yang sayang padaku. Banyak sekali yang merasa iri padaku (katanya). Namun aku sungguhlah jahat aku masih saja merasa kurang. Aku masih menantikan seseorang yang mampu mengisi ruangan yang kosong di hatiku. Hilir mudik banyak yang singgah namun tak kuberi mereka harapan lebih. Aku bukan bermaksud jahat, akan lebih jahat apabila aku biarkan mereka bersinggah lebih lama dan mereka akan tersakiti. Lebih baik bukan jikalau mereka kupaksa pergi dari hatiku. 

Kata temanku banyak sekali yang datang di kehidupanku terutama masalah cinta. Mereka selalu mangatakan kalo si A, B, dan C pantas untukku. Namun mau dikata apabila kalau aku tidak mendapatkan "kenyamanan". Sungguh itu terasa sulit. Aku memang dekat dengan kaum adam, karena memang sebagian besar sahabatku laki-laki. Dan hal itu pula yang membuat kaum adam yang dekat denganku mengalami "cemburu". Aku selalu berusaha meyakinkan bahwa tidak akan ada apa-apa antara aku dan sahabatku. Apadaya mereka tak akan percaya. 

Haruskah pasangan kita menjadi jeruji untuk kita? Bukankah selalu orang-orang mengumbar janji "Aku percaya kamu". Lantas apalah arti kalimat itu?

Selalu saja aku dipusingkan dengan masalah hati. Apakah aku yang baper atau memang sudah dari sananya aku seperti ini?

Tapi sekarang takut, aku takut karena merasa nyaman dengannya, dengan keluarganya. Memang baru beberapa kali aku berkunjung ke rumahnya. Tapi aku merasa nyaman di sana. Aku merasa bisa bernafas, aku bisa mengingat memori masa kecilku. Tapi aku juga takut untuk kehilangan semua ini, kehilangan rasa nyaman ini karena di jembatani oleh istilah sahabat. 

Aku bukan jatuh cinta, tapi aku jatuh hati seperti kata ka Raisa. Rasa dimana berada di atas level jatuh cinta. Aku mulai mempunyai rasa ketergantungan padanya. Tiada hari tanpa ada berbalas kabar dengannya. Waktu pun terasa begitu cepat saat kami bercengkrama. 

Hal ini membuat aku merasa bingung bagaimana menanganinya. Semua masalahku aku bagi dengannya, tapi apakah masalah hati ini berani kusampaikan padanya. 

Hei kamu, aku tahu suatu saat kamu akan baca tulisan ini, tapi tak pernah ada kata penyesalan dihidupku karena disetiap langkah aku tahu akan ada rasa sesal. Dan kamu yang selalu bilang kapan pun aku butuh kamu, kamu akan ada 24 jam untuk aku. Jadi kamu itu ngerangkap jadi security yah? Hohoo abaikan kalimat itu. Aku memang selalu merepotkannya. Tapi entah sekarang aku ingin memberi jarak diantara kami. Bukan karena apa, tapi aku saat ini penarasan, apakah kamu lebih tertarik dengan ceritaku setiap hari atau mungkin ada yang lain. 

Tak pernah kuberhenti untuk bertanya padanya, banyak temannya yang selalu konsultasi masalah masing-masing setiap hari sabtu malam jam sebelas sampai selesai yang terkadang sampai subuh. Jadi kapan kamu punya waktu untuk memanjakan hatimu? Kapan kamu punya waktu untuk berbagi hari-harimu? Kapan kamu istirahat?

Hai rasa, jenis apakah kamu ini, kenapa kamu buat aku bingung seperti ini? Ya Tuhan, jangan biarkan aku untuk melukai hatiku lagi untuk kesekian kalinya. Aku sungguh merasa lelah, aku ingin bersandar pada seseorang calon Imamku.

Aku ingin kamu untuk mengiringiku menuju surga-Nya, apakah hal itu terasa begitu berlebihan untuk saat ini? Apakah aku bisa membuat benteng bak banteng Takeshi yang sulit ditembus? 

16 komentar:

Silakan saran dan koreksinya. Mulutmu adalah harimau mu, tulisanmu dalah pancaran hatimu

Ketakutan yang Berarti Bagian 2

02.53 Nurul Fitri 0 Comments

Hari itu perasaanku yang lelah akan rutinitas pekerjaanku yang tanpa henti. Setiap hari terkecuali di Sabtu yang ku dedikasihkan sepenuhnya untuk menuntut ilmu. Rasanya ingin meledak keluar.
Selesai mata kuliah terakhir, aku meminta dia untuk menemaniku menyelesaikan tugas Metodologi Penelitian. 

Jarak antara wajah kami hanya sekitar sepuluh sentimeter. Jarak yang cukup dekat untuk melihat ke dalam matanya. Tapi sorot matanya berbeda, sungguh benar-benar aku merasakan ada sesuatu yang tidak pada tempatnya. Aku penasaran, kami berbicara fokus tentang topik yang kubuat dan dia mampu menanggapinya. Memang arah wajah dan matanya padaku. Tapi sorotnya tidak.

Rasa itu masih mengusikku. Hingga semua rasa penasaranku terjawab saat di tengah heningnya malam.
Sabtu itu masih kami lanjutkan mengerjakan tugas. Sampai saat makan malam di rumahnya, sungguh buat aku terkejut, dia menyiapkan sayur pare kesukaanku. Hal itu tidak kusangka sama sekali. 

Setiap malam  sudah berganti yang mendengarkan ceritaku. Dia, selalu ada saat aku menceritakan perjalananku setiap hari.

Tak pernah lupa ku selalu meminta maaf padanya karena harus mendengarkan ceritaku, namun entah apa yang ada di fikirannya, selalu saja dia mengatakan menyenangkan mendengar ceritaku. Menurutnya ceritaku lucu. Dia suka mendengarkan suaraku yang sebenarnya menurutku suara itu terlalu nyaring. 

Fakta baru yang kudapat adalah kebiasaan dia dalam membuat bumbu masakannya adalah menguleg malam hari. Betapa hebatnya dia dalam mengatur waktunya. Katanya tiap malam dia memang suka berkencan dengan si Bulug. Nama cobek yang asalnya asli dari Surabaya. 

Obrolan ringan kami terasa lebih sering setiap hari. Saat aku buat tulisan ini kami sedang bercanda dengan aplikasi social media What's App.

Tugas kami menghabiskan banyak sekali waktu untuk mencari bahan. Tugas belumlah selesai namun waktu sudah pukul 11.00 pm. Waktunya pulang. Lelah sungguh lelah, aku harus memacu kendaraanku hingga 100 km/h dengan berteman radio favoritku di 102.2 FM Jakarta. Alunan musik yang keluar membantuku untuk terjaga dari gelapnya malam. Sesampainya di rumah langsung saja aku memberi kabar padanya. Obrolan kami belumlah usai masih tersambung dengan line telepon hingga sekitar jam 02.00 am. Dan aku pun harus segera menyudahi perbincangan panjang kami karena ingat akan setumpuk berkas di meja kerjaku. 

Mengingat hari Selasa adalah tanggal merah, maka kami sepakat untuk kembali menyelesaikan tugas. Namun ternyata hari itu cukup menyita segala waktuku. Siang itu jam 11.00 am aku harus sudah sampai di Mall Kasablanka daerah Jakarta Selatan. Namun jam 10.00 am aku masih sibuk dengan merapihkan kamar. Seusai mempersolek diri, segera kupanaskan, si Sexy teman setia perjalananku sekarang. Kupacu kecepatanku hanya sampai 80 km/h saja mengingat jalanan cukup lenggang ke arah sana. 

Sudah kuduga, hal yang tersulit saat kita parkir di mall dan ditanggal merah membuatku cukup kewalahan. Wilayah ladies parking telah penuh. Sampai akhirnya aku mendapatkan sepetak tempat untuk parkir yang aksesnya mudah karena langsung di depan pintu masuk mall. Sayang sudah menjadi adat Indonesia untuk mempunyai jam karet. Ku lihat di handphone mereka terjebak macet. Kuputuskan untuk ke tempat yang menjual aneka pewarna kuku. Aku mendapatkan tiga warna yang indah.

Seusai memanjakan diri dengan berbelanja langsung saja aku menyambangi salah satu resto khas Jepang, Sushi Tei. Tapi sungguh aku tidaklah suka dengan makanan khas itu. Kuputuskan untuk pesan makanan yang tidak ada sangkut paut dengan namanya sushi. 

Saat ini sudah menunjukkan pukul 12.30 pm. Ku haturkan untuk undur diri segera karena harus menyelesaikan tugasku. Namun na'as sungguh. Jalanan ternyata macet. Sungguh di luar dugaanku. Ini hari kan tanggal merah kenapa penuh sesak seperti ini. Terpaksa kuputar arah mencari jalan lain. Tetap saja sepanjang jalan yang kulewati terhambat. Hingga pukul 03.00 pm aku baru sampai rumahnya.

Di sebelah rumahnya ada saung yang asri, di bawahnya ada kolam ikan dan gemericik suara air, depannya ada hamparan rerumputan hijau. Saung dengan aksen pulau Dewata memberikan perasaan sejuk tersendiri saat mengerjakan tugas. Di situ hanya aku seorang yang perempuan namun paling berisik kata salah satu teman kami. Memang benar apa adanya aku memang berisik untuk mencairkan suasana yang cukup tegang karena tugas.

Hingga tiba waktu shalat kami beristirahat sejenak untuk bersujud pada Yang Maha Kuasa.
Seusai shalat Isya, dia menghilang, Tapi kami semua sudah tau pasti dia sedang di dapur menyiapkan makanan untuk kami. Sebenarnya aku tidak suka dengan sayur asem, entahlah karena memang tidak suka dengan rasanya walaupun aku orang Jawa tulen. Mukaku seketika berubah saat dia menyodorkan semangkuk kecil sayur pare kesukaanku. Salut dengannya, entah kapan dia menyiapkannya. Yang aku tau hari itu keluarganya memanglah menyantap sayur asem. Jadi apakah special sayur pare ini untukku?

Hujan yang turun malam itu cukuplah deras, cukup membuat bulu kudukku berdiri karena kedinginan. Langsung saja kubilang padanya bahwa aku ingin meminjam jaketnya untuk sekedar berlindung dari udara malam dan hujan. Dia, aku dan tiga teman kami memutuskan untuk beristirahat mengerjakan tugas dan menonton salah satu film China dan Jepang. Di film itu adegannya sangatlah ekstrem, darah dimana - mana, penyiksaan demi menjadi yang terkuat.Dalam adegan itu tentunya membuatku sering berteriak. Saat adegan dimana saling berkelahi dan ditemani suara petir yang menggelegar aku reflek menutup mataku dan tak terasa pelupuk mataku sudah basah karena menangis ketakutan. Namun sungguh aku merasa bersyukur, karena reflekku sudah membaik. Tadinya saat aku kaget seperti itu akan memeluk siapa pun yang ada di dekatku tanpa mau melepaskan tangannya. Bisa saja menjadi bahaya bukan kalau hal seperti itu terjadi di tempat ramai.

Namun hujan tak kunjung berhenti waktu sudah semakin larut, hari Rabu sudah menunggu kami dengan segala aktifitas. Aku yang mengendarai Sexy tentu tidak khawatir akan basah, namun yang lain aku tak tega melihat mereka yang tidak membawa jas hujan. Hingga pukul 11.05 pm kurasa, sudah mulai berkurang intensitas turunnya dan memutuskan untuk pamit. Aku diantar sampai depan masjid tempatku mengistirahatkan si Sexy kesayanganku. Segera kupanaskan dan kupacu dengan pelan mengingat jalanan masih licin oleh hujan. Hal yang biasa dialami perempuan mengendarai di malam hari adalah adanya pengemudi lain yang ugal ugalan dalam membawa kendaraannya. Tak pernah ku lupa untuk selalu menyalakan radio favoritku saat berkendara.

Sesampainya di tempat parkir, langsung ku segera menuju kamar dan bersih-bersih untuk segera naik ke atas tempat tidur.Kubuka handphone dan langsung kubuka isi pesannya. "Kabari jika sudah sampai.". Seusai membalas pesannya bahwa aku sudah sampai langsung kucoba untuk menutup mataku untuk melanjutkan hari - hari seperti biasa.

Malam ini aku mendapatkan jawaban atas pertanyaanku yang sudah terpendam. Malam ini saat kami berbincang melalui line telepon aku menanyakan sesuatu padanya. Apakah dia mempunyai kelebihan "six sense?" dia tak segera menjawab pertanyaanku, namun aku bisa mengerti jawabannya. dan hal ini kami bicarakan di jam hampir tengah malam. Dia tak mau menjawab karena takut aku akan ketakutan. Tapi kupastikan padanya bahwa aku tidak apa - apa, sehingga dia mau menjawabku. Pembahasan kami mulai mengarah ke masalah kehidupan lain sampai jam 00.12 am kubilang padanya untuk menyudahi perbincangan kami yang hingga tiga jam lebih itu. Kami sama - sama tidak menyadari hal itu. Kami membahas banyak hal selama kami terhubung di telepon.

Sekarang aku tahu kemana arah sorot mata dia yang hilang saat berbicara padaku tempo hari.

0 komentar:

Silakan saran dan koreksinya. Mulutmu adalah harimau mu, tulisanmu dalah pancaran hatimu

Ketakutan yang Berarti Bagian 1

03.01 Nurul Fitri 4 Comments

Ketakutan yang Berarti Bagian 1


Sejenak aku telah melupakan sahabat terbaikku, Pinky namanya. Dia adalah netbook kesayanganku yang bewarna merah muda. Semenjak kepergian seorang yang begitu hebat dan berjasa untuk hidupku yang Ku panggil, Ibu selalu menyempatkan jari-jariku menari di atas papan ketik yang bewarna senada.

Namun setelah aku mulai memasuki babak baru dalam perkuliahanku di semester lima ini, ada sesuatu yang berbeda. Sehari dua hari dan seterusnya aku mulai lupa akan kegiatan rutinitasku menumpahkan segala amarah, suka dan duka yang kulewati hari itu. Karena ada sosok dia sekarang.

Entahlah, bahkan aku hampir saja lupa bagaimana kami bisa sedekat ini sekarang. Entah hanya perasaanku atau dia juga merasakannya. 

Hari Sabtu adalah hari saat kami dapat bertemu. Di dalam kelas aku adalah sosok gadis yang ceria, berisik dan penuh canda. Tak heran hampir seisi kelas yang ada di situ mengenalku tidak terkecuali dia. 

Menurutku, dia seorang yang baik hati, pendiam bahkan bisa juga misterius. Oh, aku mulai ingat bagaimana kami mulai kedekatan kami. Di Sabtu itu dia menawarkan padaku sekotak nasi hasil masakannya. Namun aku menolak dengan alasan aku sudah makan di kantin.
Iya dugaanmu benar, dia sekarang berjualan di kampus hal itu semenjak ada mata kuliah kewirausahaan. Aku bangga melihatnya, dia menjadi seorang yang mandiri dan bekerja keras. 
Namun dia tetap saja menawarkan padaku nasi kotak yang dijual akan tapi aku meminta rujak. 

Dari situ perbincangan kami semakin panjang. Segala hal kami bahas sampai pada titik dimana aku mulai melupakan sosok Pinky. Setiap malam selalu kuceritakan hari-hari yang ku lewati. 
Dia mampu membuatku merasa nyaman.

Hari-hari terakhir ini aku merasakan ada sesuatu yang kuanggap lebih misterius dari biasanya. Aku tak bisa membaca sorot matanya. Selalu saja datar tatapannya. 
Namun di sore sepulang kuliah saat jarak wajah kami hanya sepuluh sentimeter, ada sesuatu yang rasanya aku kenal. Rasa penasaranku mulai muncul.

4 komentar:

Silakan saran dan koreksinya. Mulutmu adalah harimau mu, tulisanmu dalah pancaran hatimu